I. PENDAHULUAN
A. Bidang Psikologi Pendidikan
Di negara kita, umumnya, seseorang memasuki pendidikan sekolah mulai dari TK hingga perguruan tinggi. Setelah melewati TK A dan TK B, diharapkan anak siap untuk mengikuti pendidikan di SD. Dengan kesiapan itu, anak mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk berhasil mengikuti pendidikan pada jenjang selanjutnya dibandingkan anak-anak yang belum memiliki kesiapan. UUD 1945 tentang Hak Azazi Manusia Pasal 28B ayat (2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. UUD 1945 tentang Pendidikan dan Kebudayaan Pasal 31 ayat (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Ayat (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Ayat (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Ayat (4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Ayat (5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Pasal 32 ayat (1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab. I Pasal 1 ayat (1) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Ayat (2) Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Ayat (4) Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Adanya perubahan UUSPN No.2 tahun 1989 menjadi UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 dimaksudkan agar system pendidikan nasional kita bisa menjadi jauh lebih baik dibanding dengan sistem pendidikan sebelumnya.
Pernyataan di atas bukanlah tanpa alasan karena Lefrançois (2000) telah menyatakan bahwa peserta belajar yang siap untuk belajar hal-hal yang lebih spesifik akan mendapatkan pengalaman belajar yang lebih banyak, kaya, dibandingkan yang belum siap. Istilah kesiapan, dalam kamus Webster didiskripsikan sebagai:
a. Kesiapan mental atau fisik untuk bertindak atau menerima pengalaman.
b. Ketangkasan, kepantasan, kecakapan, atau keterampilan.
c. Immediate availability / ketersediaan segera (Gredler,1992).
Dalam bahasan selanjutnya, istilah kesiapan dan kematangan sekolah mempunyai pengertian yang sama, hal ini didasari oleh pendapat Piaget (dalam Gredler,1992) yang menyatakan kedua istilah ini mempunyai pengertian yang sama karena kesiapan tidak akan pernah dapat tercapai tanpa kematangan. Untuk bisa dikatakan siap, tentu saja ada kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi. Ada beberapa pandangan dan tokoh yang memberikan sumbangan tentang kriteria kematangan sekolah, diantaranya adalah: David Ausubel (1962) yang mendiskripsikan kesiapan sekolah sebagai kondisi tertentu yang tergantung pada pertumbuhan dan kematangan serta pengalaman sosial anak. Menurutnya kesiapan sekolah adalah suatu kondisi di mana:
Anak dapat belajar dengan mudah tanpa ketegangan emosi.
Anak mampu menujukkan motivasinya karena usahanya untuk belajar memberikan hasil yang sesuai.
Strebel (dalam Mangunsong dkk, 1993) mengemukakan tujuh kriteria kematangan sekolah sebagai berikut: Perkembangan fisik yang sudah matang. Derajat ketergantungan terhadap orang tua, terutama sejauh mana keterikatan anak kepada ibunya. Pemilihan tugas sendiri sesuai dengan minatnya. Dapat menyelesaikan tugas yang diberikan maupun yang dipilih sendiri. Ketepatan prestasi kerja, sehubungan dengan konsentrasi dan perhatiannya terhadap pelajaran. Keteraturan dalam berpikir dan bertingkah laku secara sosial, dalam bekerja kelompok dan teman-temannya. Perkembangan mental yang dapat diukur dengan tes inteligensi dan tes kematangan sekolah.
Selain hal-hal yang mempengaruhi kesiapan seseorang dalam belajar seperti kematangan fisik, perkembangan keterampilan berpikir, dan adanya motivasi. Begitu juga untuk mengukur kesiapan, guru dapat mengukur melalui perkembangan emosi dan intelektual anak. Selain itu juga guru perlu mengerti bagaimana anak belajar dan motivasi belajar anak (Lefrançois, 2000). Manusia dilahirkan dengan kesempurnaan dan diberikan potensi serta karakter bawaan masing-masing. Setiap individu adalah berbeda namun, perbedaan ini bukan untuk dibanding-bandingkan antara satu individu dengan individu yang lain. Oleh karena itu disarankan untuk fokus pada bagaimana mengembangkan potensi masing-masing daripada memikirkan potensi dan kelebihan individu yang lain. Mengetahui Potensi dan karakter merupakan faktor kunci dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Pengetahuan ini akan sangat membantu untuk memilih jurusan bidang studi dan mengembangkan individu sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Pentingnya memahami potensi siswa ini, perlulah disadari, dipahami dan dimanfaatkan oleh orang tua dan guru untuk memberikan sistem pembelajaran yang tepat, produktif dan kreatif serta menyenangkan sehingga dapat membantu membentuk manusia-manusia Indonesia yang berkarakter, berilmu dan beriman. Penerapan sistem pendidikan dan pengajaran yang kondusif pada anak, haruslah berdasar pada kekuatan potensi dasar anak (kecerdasan dan bakat anak), kebutuhan-kebutuhan anak (material, emosional, sosial, dan spiritual) yang dikemas secara manis dan integral agar apa yang diharapkan dan dicita-citakan para orang tua, guru dan masyarakat untuk membentuk manusia Indonesia yang berkualitas, cerdas, tangguh, mampu bersaing dan berprestasi dapat dibentuk dengan baik.
Untuk itu penerapan sistem pendidikan yang tepat dan terarah menjadi sangat penting, agar anak dapat mengembangkan potensi dan menyalurkan bakat-bakat alamiahnya secara bebas dengan menciptakan lingkungan yang tepat pula bagi anak, sehingga tidak bisa ditawar dan menjadi kebutuhan yang mendesak bahwa ilmu psikologi menjadi sangat penting untuk membantu memahami kondisi anak agar orang tua / guru dapat memperlakukan anak secara tepat.
Menyadari kebutuhan-kebutuhan di atas, maka kami Biro
Konsultan Psikologi “Ranggonang Group” mengajak para orang tua, guru dan
lemaga-lembaga pendidikan baik swasta maupun pemerintah yang terkait untuk
memahami potensi anak, melalui pengukuran potensi psikologis anak yang mencakup
aspek perkembangan kecerdasan intelektual, perkembangan emosional, sikap atau
perilaku anak dan bakat anak bila perlu, serta bagaimana menciptakan lingkungan
yang menyenangkan dan baik bagi anak dan nyaman bagi orang tua dan guru (memberikan
pola asuh yang tepat dan sesuai dengan kondisi anak) dalam membantu
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak-anak tercinta sedini mungkin,
sehingga apa yang diharapkan dan dicita-citakan dapat terlaksana dan diwujudkan
dengan baik. Hal ini sesuai dengan peraturan bersama Menteri
Pendidikan Nasional dan Menteri Agama RI yang membuat standar siswa Sekolah
Dasar berumur 7 - 12 tahun. Aturan ini tertuang pada perturan nomor
04/VI/PB/2011 dan MA/111/2011 tepatnya pada pasal 5 ayat satu yang berbunyi
“Persyaratan calon peserta didik baru kelas 1 (satu) pada SD/MI : a.
telah berusia 7 (tujuh) tahun sampai dengan 12 (dua belas) tahun wajib
diterima; b. paling rendah berusia 6 (enam) tahun; dan c. yang berusia kurang
dari 6 (enam) tahun, dapat dipertimbangkan atas rekomendasi tertulis dari
psikolog profesional”.
![]() |
M. Ikhsan Syarlendra |
Akhir-akhir ini di sejumlah wilayah Indonesia juga merebak
hal yang serupa, banyak wali murid yang kecewa lantaran anaknya tidak cukup
umur 7 tahun sehingga tidak bisa bersekolah. Namun, ironisnya
banyak orang tua murid yang mengeluh dan kecewa anaknya di tolak karena barusia
6 Tahun s/d 6,7 Tahun. Padahal dari peraturan diatas seharusnya anak yang
berusia 6 Tahun lebih sudah bisa masuk sekolah, namun masih banyak sekolah yang
bersikeras menolak anak yang berusia di bawah 7 Tahun. Prof Dr. S.C . Utami
Munandar guru besar psikologi anak Universitas Indonesia, mengatakan bahwa
sebenarnya anak yang belum berusia 6 tahun bisa bersekolah di sekolah dasar.
Sebab yang lebih penting sebenarnya kesiapan umur mental si anak, yakni
kemampuan mental dan intelektual, bukan umur kalendernya.
Contoh, anak umur 4 tahun tapi umur mentalnya 6 tahun,
berarti mereka sudah siap masuk SD. Untuk mengetahui apakah umur mental anak
siap, orangtua mesti mengeceknya dengan melakukan tes umur mental ke psikolog.
Dari sini, nanti bisa diketahui IQ anak, dengan rumus: (umur mental/umur
kalender) x 100 = IQ. Bila skor IQ anak di atas 130, jauh di atas anak normal
(skor IQ: 85-115), bisa saja ia dipandang gifted dan dipertimbangkan masuk SD
lebih awal, setelah mempertimbangkan aspek-aspek lainnya. Jadi,
masih banyak pertimbangan lain yang seharusnya dilakukan oleh sekolah.
Penerapan yang salah pada peraturan bersama Mendiknas dan Menag akan semakin
banyak menimbulkan masalah bagi dunia pendidikan Nasional. Bayangkan saja, ada
orang tua murid yang rela membayar uang yang banyak untuk menyekolahkan anaknya
yang menurut sekolah masih kurang umurnya, bahkan ada yang sampai melakukan
kekerasan dan melakukan penipuan dengan merubah tanggal lahir anaknya.
Ini tentunya bertentangan dengan semangat dan cita-cita pendidikan
Nasional Republik Indonesia.
Secara etimologis, psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan “logos” atau ilmu. Dilihat dari arti kata tersebut seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Jika kita mengacu pada salah satu syarat ilmu yakni adanya obyek yang dipelajari, maka tidaklah tepat jika kita mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa, karena jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak bisa diamati secara langsung.
Berkenaan dengan obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Psikologi terbagi ke dalam dua bagian yaitu psikologi umum (general phsychology) yang mengkaji perilaku pada umumnya dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi khusus, diantaranya: Psikologi Perkembangan; mengkaji perilaku individu yang berada dalam proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai dengan akhir hayat. Psikologi Kepribadian; mengkaji perilaku individu khusus dilihat dari aspek – aspek kepribadiannya. Psikologi Klinis; mengkaji perilaku individu untuk keperluan penyembuhan (klinis). Psikologi Abnormal; mengkaji perilaku individu yang tergolong abnormal. Psikologi Industri; mengkaji perilaku individu dalam kaitannya dengan dunia industri. Psikologi Pendidikan; mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan. Psikologi Forensik; mengkaji perilaku yang melatarbelakangi orang melakukan sesuatu atau kejahatan.
Disamping jenis-jenis psikologi yang disebutkan di atas, masih terdapat berbagai jenis psikologi lainnya seperti psikologi Islam, bahkan sangat mungkin ke depannya akan semakin terus berkembang, sejalan dengan perkembangan kehidupan yang semakin dinamis dan kompleks. Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena didalamnya telah memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu, yakni : Ontologis; obyek dari psikologi pendidikan adalah perilaku-perilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan, seperti peserta didik, pendidik, administrator, orang tua peserta didik dan masyarakat pendidikan. Epistemologis; teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil-dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studi longitudinal maupun studi cross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif. Aksiologis; manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses pendidikan.
Dengan demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.
Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Sumbangsih psikologi terhadap pendidikan sangatlah besar. Kegiatan pendidikan, khususnya pada pendidikan formal, seperti pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, sistem evaluasi, dan layanan bimbingan dan konseling merupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik, pendidik, adminsitrator, masyarakat dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu sekaligus dapat menunjukkan perilakunya secara efektif.
Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Di sinilah arti penting psikologi pendidikan bagi guru. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik”. Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan–pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat : Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat. Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai. Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling. Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik. Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya. Menciptakan iklim belajar yang kondusif. Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya. Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya. Menilai hasil pembelajaran yang adil. Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.
B. Bidang Psikologi Remaja, Karakteristik dan Permasalahannya
Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang.
Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion / confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu: Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan, ketidakstabilan emosi. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentangan dengan orang tua. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya. Senang bereksperimentasi, senang bereksplorasi. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006). Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja. Berikut ini dirangkum beberapa permasalahan utama yang dialami oleh remaja.
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan / keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. Levine & Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha. Dalam sebuah penelitian survey pun ditemukan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya (Kostanski & Gullone, 1998). Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri, onset merokok, dan perilaku makan yang maladaptiv (Shaw, 2003; Stice & Whitenton, 2002). Lebih lanjut, ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia (Polivy & Herman, 1999).
Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis. Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada remaja penyebab terbesar adalah karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi dan bereskplorasi.
C. Bidang Psikologi Industri dan Organisasi
Secara empiris telah terbukti bahwa peranan dan sumbangan dunia pendidikan dan sumber daya manusia terhadap kemajuan suatu bangsa sangatlah besar dan merupakan penentu. Bukti empiris bahwa beberapa Negara besar seperti Jerman dan Jepang yang pernah mengalami keterpurukan dimasa perang dunia II ternyata dalam kurun waktu yang relatif singkat dapat bangkit kembali karena dukungan dunia pendidikan dan sumber daya manusia yang berkualitas. Bahkan Vietnam, Negara kecil yang selama ini sarat dengan penderitaan hampir disemua aspek akibat perang, sudah terlihat mulai bergairah dalam membangun fisik dan ekonomi yang dimulai dari dunia pendidikan dan meningkatkan penciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Di Indonesia saat ini sedang melaksanakan reformasi total, otonomi daerah, tentu menaruh harapan besar pada dunia pendidikan dan kualitas sumber daya manusianya. Pada masa otonomi daerah ini, peluang daerah untuk melaksanakan pembangunan daerah lebih besar. Disarankan pada pengambil keputusan dan kebijakan di daerah supaya dapat mengambil pelajaran dari kemajuan bangsa lain yang terfokus dan terencana menata pembangunan wilayah dengan cara-cara menitik beratkan peningkatan mutu pendidikan dan kulitas sumber daya manusia bukan dengan melakukan tindakan korupsi atau menggerogoti uang rakyat.
Berdasarkan gambaran makro di atas secara histori betapa pentingnya mutu pendidikan dan kulitas sumber daya manusia. Betapa pentingnya peranan manusia dalam upaya meningkatkan citra dan kemajuan suatu Negara. Hal ini dikarenakan bahwa manusia merupakan pelaksana sekaligus penentu dari pembangunan tersebut. Dengan demikian dibutuhkan perhatian yang lebih terhadap peningkatan mutu pendidikan dan kualitas sumber daya manusia. Untuk mencapai kondisi tersebut bukan pekerjaan yang muda, dibutuhkan berbagai macam usaha salah satunya adalah kerjasama dengan berbagai ahli, seperti ahli psikologi. Ahli psikologi dibutuhkan untuk menggali potensi dan kompetensi yang dilimiliki oleh seseorang dengan melalui media pemeriksaan psikologi dengan proses assesmen yang meliputi wawancara, observasi dan psikotes. Hal ini sangat di butuhkan guna mempersiapkan sumber daya manusia yang handal dan profesionalisme sesuai dengan standar yang ditentukan.
Dari hasil pelaksanaan proses pemeriksaan psikologi tersebut diharapkan mampu memberikan gambaran tentang tingkat kecerdasan, IQ, minat, bakat, daya juang, prestasi, ketelitian, kecermatan, motivasi, kepribadian, gangguan klinis dan aspek serta masalah lainnya. Di Indonesia usia psikologi memang masih relatif sangat muda. Namun jasa-jasanya telah banyak dirasakan. Penerapan psikologi diberbagai sektor kegiatan ternyata telah membawa kemajuan yang cukup pesat, seperti di lapangan-lapangan militer, kepolisian, perusahaan, kesehatan, politik, sosial, ekonomi, perdangan, pendidikan, instansi pemerintahan dan swasta.
Dari hasil pelaksanaan proses pemeriksaan psikologi tersebut diharapkan mampu memberikan gambaran tentang tingkat kecerdasan, IQ, minat, bakat, daya juang, prestasi, ketelitian, kecermatan, motivasi, kepribadian, gangguan klinis dan aspek serta masalah lainnya. Di Indonesia usia psikologi memang masih relatif sangat muda. Namun jasa-jasanya telah banyak dirasakan. Penerapan psikologi diberbagai sektor kegiatan ternyata telah membawa kemajuan yang cukup pesat, seperti di lapangan-lapangan militer, kepolisian, perusahaan, kesehatan, politik, sosial, ekonomi, perdangan, pendidikan, instansi pemerintahan dan swasta.
Dalam dunia industri dan organisasi dibutuhkan sebuah Perekat yang menyatukan suatu hubungan, termasuk hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin adalah kepercayaan, dan kepercayaan itu dibangun atas dasar "integritas", Brian Tracy. Kepercayaan adalah fondasi dari semua hubungan. Hubungan kerja, bisnis, kepemimpinan dan tentu saja cinta dibangun atas dasar kepercayaan. Tanpa itu, sebuah hubungan tak akan berjalan, sebuah organisasi pun akan kacau. Bayangkan jika kita berada dalam sebuah lingkungan, hubungan atau organisasi tanpa kepercayaan, para pekerjanya saling curiga satu sama lain dan para atasannya berusaha mempertahankan posisinya masing-masing dengan segala cara. Organisasi seperti itu sangat rapuh dan tinggal menunggu waktu untuk hancur.
Sebagai seorang pemimpin kita harus menginvestasikan banyak waktu untuk membangun kepercayaan dari bawahan atau pengikut. Kepercayaan itu sebenarnya dibangun atas fondasi sederhana. Jalanilah kehidupan dengan penuh integritas dan hormati orang lain. Konsistensi dalam kata dan perbuatan, melakukan dan menepati apa yang kita katakan pada orang lain. Sebelum kita mengharapkan orang lain percaya pada kita, sebagai pemimpin harus percaya dahulu pada orang lain. Delegasikan kewenangan pada mereka. Mereka pun akan merasa dipercaya atas kemampuan mereka. Butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan dan hanya butuh waktu beberapa detik untuk menghancurkannya. Belajar mempercayai dan belajar untuk jadi orang yang dipercaya sangatlah penting.
D. Bidang Pelayanan Psikologi Klinis
Dalam melaksanakan praktek psikologi secara professional dan proporsional, maka kami mengacu pada Standar Pelayanan Psikologi Klinis Himpunan Psikologi Indonesia dengan ruang lingkup sebagai berikut :
1. Pengertian Praktik Psikologi
Praktik Psikologi adalah kegiatan yang dilakukan oleh psikolog dalam memberikan jasa dan praktik kepada masyarakat dalam pemecahan masalah psikologis yang bersifat individual maupun kelompok dengan menerapkan prinsip psikologi klinis. Termasuk dalam pengertian praktik psikologi tersebut adalah terapan prinsip psikologi yang berkaitan dengan melakukan kegiatan diagnosis, prognosis, konseling dan psikoterapi.
2. Definisi Psikolog Klinis
Psikolog Klinis adalah psikolog yang mempunyai spesialisasi dan atau pengalaman minimal lima tahun dalam melakukan asesmen dan intervensi pada individu atau kelompok yang mengalami permasalahan psikologis. Psikolog klinis melakukan psikoterapi pada orang yang mengalami krisis psikologis yang umum terjadi (seperti misalnya : kesedihan) sampai dengan yang menderita gangguan psikiatrik kronis. Psikolog klinis dapat bekerja sebagai generalisasi yaitu bekerja pada kelompok dengan variasi yang luas pada populasi, atau kelompok khusus seperti anak, remaja, dewasa, usia lanjut, atau gangguan spesifik (misal gangguan tidur atau gangguan perilaku makan). Psikolog klinis dapat bekerja pada setting akademik maupun pelayanan.
3. Setting Pelayanan Psikologi Klinis
Puskesmas, Rumah Sakit, Komunitas, Sekolah, Perusahaan, Institusi/Instansi/Lembaga pemerintah-non pemerintah
Puskesmas, Rumah Sakit, Komunitas, Sekolah, Perusahaan, Institusi/Instansi/Lembaga pemerintah-non pemerintah
4. Cakupan Pelayanan Psikologi Klinis
Promosi : adalah pelayanan psikologi klinis yang meliputi upaya-upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan atau kesejahteraan psikologis seseorang atau kelompok baik di tingkat individual maupun kelompok masyarakat. Prevensi : adalah pelayanan psikologi klinis yang meliputi upaya-upaya untuk mencegah atau meminimalkan kemungkinan timbulnya permasalahan atau gangguan psikologis baik di tingkat individu maupun masyarakat. Kurasi : adalah pelayanan psikologi klinis yang berupa intervensi psikologis atau psikoterapi yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan atau gangguan psikologis yang sedang dialami oleh individu atau kelompok masyarakat. Rehabilitasi : adalah pelayanan psikologi klinis yang meliputi upaya-upaya pemulihan kembali fungsi psikologis klien individu ataupun kelompok setelah pulih dari permasalahan atau gangguan psikologis, dan menyiapkan untuk berfungsi kembali di masyarakat.
Promosi : adalah pelayanan psikologi klinis yang meliputi upaya-upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan atau kesejahteraan psikologis seseorang atau kelompok baik di tingkat individual maupun kelompok masyarakat. Prevensi : adalah pelayanan psikologi klinis yang meliputi upaya-upaya untuk mencegah atau meminimalkan kemungkinan timbulnya permasalahan atau gangguan psikologis baik di tingkat individu maupun masyarakat. Kurasi : adalah pelayanan psikologi klinis yang berupa intervensi psikologis atau psikoterapi yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan atau gangguan psikologis yang sedang dialami oleh individu atau kelompok masyarakat. Rehabilitasi : adalah pelayanan psikologi klinis yang meliputi upaya-upaya pemulihan kembali fungsi psikologis klien individu ataupun kelompok setelah pulih dari permasalahan atau gangguan psikologis, dan menyiapkan untuk berfungsi kembali di masyarakat.
5. Prosedur
Pelayanan Psikologi Klinis perlu mengikuti dan atau memenuhi prosedur kerja berikut ini: Asesmen Psikologi, Diagnosis Psikologi, Konseling dan Psikoterapi, Rujukan (bila diperlukan), Evaluasi dan follow up, Pencatatan Rekam Psikologi.
6. Terapi Psikologi (Psikoterapi)
Pegertian Psikoterapi atau Terapi Psikologi adalah intervensi dengan menggunakan prinsip-prinsip psikologik untuk membantu mengatasi problem psikologi, membentuk pemahaman dan atau perilaku klien agar dapat berfungsi secara optimal.
Tujuan : membantu klien agar dapat mengatasi problem psikologi yang sedang dihadapi, membentuk pemahaman dan atau perilaku agar dapat berfungsi secara optimal.
Sasaran : Klien anak, remaja, dewasa dan lansia. Klien individual atau kelompok.
Prosedur : Psikolog menentukan metode psikoterapi sesuai kebutuhan. Psikolog mempersiapkan proses psikoterapi. Psikolog melaksanakan kegiatan proses psikoterapi. Psikolog melakukan pencatatan dan pelaporan. Psikolog merencanakan dan melakukan kegiatan tindak lanjut.
Metode : Psikoanalisa, Terapi Eksistensial, Terapi Humanistik, Terapi Gestalt, Analisis Transaksional, Terapi Perilaku, Terapi Ratio-Emotive, Terapi Realita, Terapi Kognitif, Cognitive Behavioral Therapy (CBT), Logoterapi, Terapi Keluarga dan Pasangan, Terapi Kelompok, Terapi Bermain, Psikodrama, Terapi Vokasional, Hipnosis, Perawatan Psikososial dan Rehabilitasi, Biofeedback, Terapi Suportif, Konseling, Brief Therapy, Intervensi Krisis, Intervensi GBZ yaitu sebuah proyek intervensi : usaha terorganisasi pada bagian dari orang lain yang signifikan di lingkungan pecandu, untuk menerobos dinding denial, rasionalisasi, dan proyeksi dengan apa pecandu mencoba untuk melindungi adiksinya.
Biro Konsultan Psikologi ”Ranggonang Group” merupakan salah satu lembaga usaha dibidang jasa psikologi, yang bergerak melakukan Pengambangan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, cerdas, berkarakter, berbudaya, santun, profesional dan siap berkompetisi. Ranggonang Group merupakan perusahaan yang berbentuk komenditer perseroan (CV) yang didirikan secara legal di Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia pada tanggal 06 Juni 2012 dengan akta Notaris. Relatif muda memang, tetapi Biro Konsultan Psikologi ”Ranggonang Group” merupakan suatu unit kerja layanan bidang konsultan psikologi yang dikelola oleh para ahli dan atau profesional yang sudah berpengalaman dibidangnya, seperti Magister Psikologi, Psikolog dan Sarjana Psikologi. Didirikannya lembaga ini bertujuan untuk mengembangkan praktek profesi psikologi serta memberikan jasa layanan psikologi pada masyarakat khususnya pada dunia pendidikan, kesehatan, militer, kepolisian, industri, perusahaan, organisasi, instansi pemerintah atau swasta, klinis anak, remaja maupun dewasa dan lansia.
Di samping itu, lembaga ini memiliki sumber daya manusia yang profesional dan berkompeten dibidangnya, berasal dari berbagai universitas terkemuka di Indonesia, diantaranya Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM), Universitas Padjadjaran Bandung (UNPAD), Universitas Islam Indonesia Yogyakarta (UII), Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta (UAD), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Bengkulu dan Universitas Sriwijaya Palembang (UNSRI), serta dari berbagai perguruan tinggi lainnya yang berpengalaman dalam praktek psikologi diberbagai bidang.
A. Tujuan
Bidang Pendidikan dan Remaja
Mencari dan memberikan informasi kelemahan dan kesulitan dalam mengikuti proses belajar yang akan dijalani, kesulitan penyesuaian diri yang mungkin dialami oleh anak / remaja. Untuk memberikan metode pembelajaran yang lebih tepat dalam rangka memperbaiki kekurangan anak / remaja. Untuk seleksi penerimaan siswa baru, yaitu menjaring calon siswa baru yang sesuai dengan target sekolah, misalnya taraf kecerdasan dan IQ. Dapat membantu orang tua dalam memahami potensi anak / remaja, baik itu potensi kecerdasan intelektual, emosional, sosial (watak, sikap dan perilaku anak) serta bakat alamiah anak. Mengetahui kekuatan dan kelemahan anak / remaja sehingga orang tua dapat mengarahkan dan memperlakukan anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya sehingga dapat menghindari sikap orang tua yang kurang bijaksana yang pada akhirnya akan menimbulkan stress dan mengganggu tumbuh-kembang anak secara keseluruhan. Orang tua mau menerima kondisi anak / remaja apa adanya, ikhlas dan tetap mendorong anak / remaja sesuai dengan kemampuan, sehingga orang tua mampu mengembangkan pola asuh yang lebih baik, agar tujuan pendidikan yang diidamkan dapat tercapai dengan baik pula.
Bidang Psikologi Industri dan Organisasi
Membantu pihak perusahaan dalam rangka rekrutment / seleksi karyawan, penempatan, promosi jabatan, mutasi atau evaluasi berjangka karyawan baik ditingkat pelaksana, koordinator maupun manager. Mencari Sumber Daya Manusia yang berkualitas, cerdas dan professional sesuai dengan kriteria yang dubutuhkan perusahaan.
Bidang Psikologi Klinis
Mengetahui masalah-masalah klinis anak, remaja atau karyawan yang dapat di akibatkan oleh berbagai faktor, seperti faktor psikologi, biologis, sosial, suasana kerja, bawaan, tekanan dari atasan, beban kerja yang berat dan tidak sesuai dengan kemampuan karyawan dan penyakit jiwa. Membantu mengurangi atau mengatasi masalah-masalah klinis misalnya gangguan mental, psikosis, narkoba, gangguan perilaku, kecemasan, panik, phobia, Autism, ADHD, ADD, Asperger, Gifted, Talented, Indigo, Kesulitan / hambatan belajar, Down Syndrome, Mental Retardasi dan masalah klinis lainnya dengan menggunakan teknik konseling maupun dengan pendekatan psikoterapi.
B. Manfaat
Menerima dengan baik adanya perbedaan potensi secara proporsional (multiple intelligence bukan mono intelligence). Memberi arahan terhadap minat dan mengembangkan bakat-bakat yang dimiliki anak, remaja, karyawan sehingga memudahkan guru / atasan dalam mengarahkan, membimbing anak, remaja, karyawan untuk menekuni bidang pembelajaran / pekerjaan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki, karena tidak semua anak, remaja, karyawan mampu menguasai semua bidang studi / pekerjaan dengan baik. Memberikan data mutakhir untuk mempersiapkan anak, remaja, karyawan yang akan memasuki jenjang pendidikan / jabatan yang lebih tinggi. Membantu anak, remaja, karyawan mengembangkan potensi yang dimiliki, sehingga menjadi lebih fokus dalam menyiapkan prestasi dan karirnya ke depan. Mengetahui apakah anak, remaja, karyawan mengalami masalah-masalah yang membutuhkan penanganan khusus dengan pendekatan konseling dan psikoterapi.
Pemeriksaan psikologi dilakukan oleh psikolog konsultan yang bersertifikat dan mempunyai Surat Izin Praktek Psikolog (SIPP) dari Himpunan Psikologi Indonesia, berlatar belakang pendidikan S2 Magister Psikolog dan para Sarjana Psikologi yang sudah terlatih dan terampil. Proses pemeriksaan psikologi akan dilaksanakan secara individual maupun klasikal atau kelompok, hal ini bertujuan agar dapat mengetahui kondisi seseorang secara akurat dan objektif. Setelah dilakukan pemeriksaan psikologi, selanjutnya semua hasil data mentah akan dilakukan secara profesional oleh psikolog selama beberapa hari. Hasil pemeriksaan psikologi bersifat rahasia, hasil yang sudah jadi dalam bentuk tertulis akan diberikan paling cepat satu minggu dan selambat-lambatnya satu bulan setelah pemeriksaan dilakukan atau disesuaikan dengan beban kerja yang dilakukan. Diberikan ceramah atau penjelasan dan konsultasi hasil evaluasi psikologi kepada wali murid atau atasan (secara klasikal atau pribadi bila diperlukan). Membantu memberikan masukan, saran atau ide pada atasan, para guru dan orang tua untuk membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi. Memberi kesempatan bagi para wali murid/guru untuk berkonsultasi secara pribadi (di lain waktu) dalam usaha membantu mengatasi problema karyawan / pendidikan putra-putrinya. Memberikan saran atau masukan yang terbaik untuk orang tua dalam memilihkan sekolah lanjutan yang sesuai dengan kemampuan anak.
IV. BIODATA TENAGA PSIKOLOG KOSULTAN
A. Identitas Psikolog Konsultan.
Nama : Syarkoni, S.Psi., M.Psi., Psikolog Klinis
Tempat lahir : Danau Cala, 17 Maret 1978
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : Strata 2 Magister Profesi Psikolog Klinis.
Praktek : Praktek Bersama Dokter & Psikolog, Jl. Parameswara (Apotik Varia Medika) Bukit Baru Palembang, Telp: 0711-443812.
Kota Lubuk Linggau : Jl. Yos Sudarso No.01 Kota Lubuk Linggau Selatan
Surat Izin Praktek Psikolog : SIPP / HIMPSI / No. 0036-12-2-1.
Praktek : Praktek Bersama Dokter & Psikolog, Jl. Parameswara (Apotik Varia Medika) Bukit Baru Palembang, Telp: 0711-443812.
Kota Lubuk Linggau : Jl. Yos Sudarso No.01 Kota Lubuk Linggau Selatan
Surat Izin Praktek Psikolog : SIPP / HIMPSI / No. 0036-12-2-1.
Anggota HIMPSI : No. 12-05J-0046.
Anggota Ikatan Psikolog Klinis : No. 418-32/A/III-12.
NPWP : 49.098.904.3-307.000.
Email : ranggonanggroup@yahoo.com atau syarkonipsi@yahoo.co.id
Kontak Person : 082133757876
Facebook : https://www.facebook.com/profile.php?id=1838905439665452&ref=ts&fref=ts
V. TIM
Facebook : https://www.facebook.com/profile.php?id=1838905439665452&ref=ts&fref=ts
V. TIM
Rahmi Aini, S.Psi, M.Psi, Psikolog Klinis
Amin Nurhidayati, S.Psi, M.Psi, Psikolog Klinis
Dll
VI. JENIS PEMERIKSAAN PSIKOLOGI
Tes Industri, Organisasi &
Perusahaan
|
1.
Seleksi/Penempatan Calon
Pegawai
|
a. Pelaksana
|
b. Koordinator
|
c. Manager
|
2.
Promosi Jabatan
|
3.
Bimbingan Karir / Militer /
Kepolisian / STPDN
|
4.
Uji Kelayakan (Fit &
Propper Test)
|
5.
FGD (Focus Group Discussion)
|
6.
Out Bond
|
Tes Klinis Anak & Remaja
|
1.
Tes Klinis Anak
|
2.
Tes Klinis Remaja
|
Tes Pendidikan
|
1.
Tes Pra Sekolah / TK / Play
Group
|
2.
Tes Masuk SD / SDLB
|
3.
Tes Masuk SMP / SMPLB
|
4.
Tes Masuk SMA / SMALB
|
5. Perguruan Tinggi / Bimbingan
Studi / Penjurusan / Minat Bakat
|
6.
Pendidikan Spesialisasi /
Strata 2
|
7.
Pendidikan Doktoral
|
Tes Klinis Dewasa
|
1.
Menentukan Diagnosis Psikologi
|
2. Pemeriksaan Kejiwaan / Psikologi Klinis (Umum)
|
3. Pemeriksaan Kejiwaan / Psikologi Klinis (Khusus Calon Pejabat Eksekutif, Legislatif & Yudikatif). Calon Anggota; KPU, Banwaslu, Panwaslu. Calon Kepala Desa / Lurah. Notaris, Saksi Ahli, dll.
|
Konseling
|
1.
Konseling Individu
|
2.
Konseling Kelompok
|
Psikoterapi
|
1.
Cognitive Behavior Therapy
(CBT)
|
2.
Terapi Gestalt
|
3.
Terapi Suportif
|
4.
Terapi Kelompok
|
5.
Terapi Bermain
|
6.
Hipnosis
|
7.
Perawatan Psikososial dan
Rehabilitasi
|
Nara Sumber / Pembicara
|
VII. PENUTUP
Semoga maksud dan cita-cita luhur ini dapat terlaksana serta dapat menjadi sumbangan yang bermanfaat bagi semua pihak dalam mensukseskan Pembangunan Nasional, mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptaan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan Profesional.
NB: Kami tidak melayani kursus ataupun bimbingan psikotes.
Literatur :
1. Senyum (Psikologi Positif).
2. Indigo.
3. Mendongeng.
4. Cerita Binatang.
5. Betapa Hebatnya Otak Anak Kita.
6. Gambar Otak Manusia.
7. Manfaat Mempelajari Kisah-Kisah Masa Lalu.
8. Anak Tidak Suka Membaca.
9. Pencegahan dan Penanganan Gangguan Bicara.
10. Skizofrenia Paranoid.
NB: Kami tidak melayani kursus ataupun bimbingan psikotes.
Literatur :
1. Senyum (Psikologi Positif).
2. Indigo.
3. Mendongeng.
4. Cerita Binatang.
5. Betapa Hebatnya Otak Anak Kita.
6. Gambar Otak Manusia.
7. Manfaat Mempelajari Kisah-Kisah Masa Lalu.
8. Anak Tidak Suka Membaca.
9. Pencegahan dan Penanganan Gangguan Bicara.
10. Skizofrenia Paranoid.
11. Kecemasan.
12. Remaja.
13. Penggunaan Cognitive Behavior Therapy Untuk Mengendalikan Kebiasaan Merokok di Kalangan Siswa Melalui Peningkatan Perceived Self Efficacy Berhenti Merokok.
14. Pengaruh Televisis pada Pendidikan Anak.
15. Promo Buku Spesial Anak-anak.
16. TIC Disorder (Gangguan TIC).
17. Karakteristik Anak Tuna Rungu.
18. Pemahaman Keliru Mengenai SLB.
19. Kasus Psikopat.
20. Gangguan Perkembangan Pervasif.
21. Speech Delay Usia Dua Tahun Belum Juga Bicara.
22. ADHA : Attention Devisit and Hyperactivity Disorder.
23. Short Attention Span Sistractible (Gangguan Pemusatan Perhatian).
24. Autisme.
25. Indigenous.
26. Psikologi Agama.
27. Konseling Keluarga dan Pengarahan pada Gay, Lesbian, Biseksual, dan Klien Transender : Pertimbangan Ethika.
28. PSK : Pekerja Sek Komersial.
29. Adab Bertetengga.
30. Peran Psikologi Dalam Perang Dan Militer.
31. Bagaimana Mendeteksi Gejala Autis pada Anak.
Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Jakarta
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran Bandung
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung
Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara
Fakultas Psikologi Universitas Brawijaya Malang
12. Remaja.
13. Penggunaan Cognitive Behavior Therapy Untuk Mengendalikan Kebiasaan Merokok di Kalangan Siswa Melalui Peningkatan Perceived Self Efficacy Berhenti Merokok.
14. Pengaruh Televisis pada Pendidikan Anak.
15. Promo Buku Spesial Anak-anak.
16. TIC Disorder (Gangguan TIC).
17. Karakteristik Anak Tuna Rungu.
18. Pemahaman Keliru Mengenai SLB.
19. Kasus Psikopat.
20. Gangguan Perkembangan Pervasif.
21. Speech Delay Usia Dua Tahun Belum Juga Bicara.
22. ADHA : Attention Devisit and Hyperactivity Disorder.
23. Short Attention Span Sistractible (Gangguan Pemusatan Perhatian).
24. Autisme.
25. Indigenous.
26. Psikologi Agama.
27. Konseling Keluarga dan Pengarahan pada Gay, Lesbian, Biseksual, dan Klien Transender : Pertimbangan Ethika.
28. PSK : Pekerja Sek Komersial.
29. Adab Bertetengga.
30. Peran Psikologi Dalam Perang Dan Militer.
31. Bagaimana Mendeteksi Gejala Autis pada Anak.
Link Organisasi Psikologi :
Fakultas Psikologi Perguruan Tinggi di Indonesia:
Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Jakarta
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran Bandung
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung
Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara
Fakultas Psikologi Universitas Brawijaya Malang
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar